RSS

Sabtu, 30 November 2013

Cakupan Kajian Sastra Bandingan dan Contoh Penelitian Intertekstualitas

0 komentar
Mahasiswa PBSID yang mengambil mata kuliah Sastra Bandingan, berikut dapat anda unduh PPT tentang cakupan sastra bandingan dan tiga penelitian yang berkaitan dengan intertekstualitas.

PPT Cakupan Kajian Sastra Bandingan
Penelitian 1
Penelitian 2
Penelitian 3

Catatan: Penelitian 3 boleh dicetak boleh tidak, karena jumlahnya cukup banyak, atau anda bisa mencetak bagian pembahasan saja! Penelitian 3 itu saya berikan untuk Anda jadikan referensi melihat penelitian secara lengkap, tetapi yang saya wajibkan hanya 1 dan 2. Terima kasih!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Senin, 18 November 2013

Tata Cara Penulisan Tugas Keterjalinan Teks dan Konteks serta Intertekstualitas

0 komentar
Mahasiswa PBSID Semester 5 Kelas C, D, dan E, berikut panduan pengerjaan tugas pengganti kuliah, Jumat 22 November 2013 dan PPT tentnag keterjalinan teks dan konteks dalam sastra bandingan dan intertekstualitas dalam sastra bandingan!

Tata Cara Penulisan Tugas Pengganti Kuliah
PPT Keterjalinan Teks dan Konteks dalam Sastra Bandingan dan Intertekstualitas dalam Sastra Bandingan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rabu, 13 November 2013

Materi Menulis Kajian Pustaka (KTI Lanjutan) dan Latihan Menulis Daftar Pustaka dan Kutipan

0 komentar
Mahasiswaku jurusan Manajemen, berikut dapat diunduh dan dicetak Materi Menulis Kajian Pustaka beserta latihan menulis daftar pustaka dan kutipan (bagi yang tidak mengikuti latihan silakan dikerjakan)!

PPT Kajian Pustaka (KTI Lanjutan)
Latihan Menulis Daftar Pustaka dan Kutipan
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 12 November 2013

Perjalanan Istimewa Antara Grand Sahid dan Setia Budi

0 komentar
Perjalanan ini memang bukan perjalanan mewah yang biasa diagungkan di negeriku. Perjalanan ini hanya sebuah asa yang mencoba dirajut lewat beberapa harapan dan usaha. Kota yang dikunjungi bukanlah kota yang menjadi titian asa itu, tetapi kota itu menyediakan wadah untuk menuai asa yang berharap segera terwujud.

Hari itu, tanggal 27 Oktober 2013, Minggu pagi itu tidak seperti biasanya. mata yang masih sulit berpisah dari kantuknya terpaksa terkejut setelah melihat jam dinding yang posisi jarum jamnya tidak seperti apa yang diharapkan. Nyaris telat memang, tetapi untunglah semua masih bisa dikondisikan sehingga sesampai di stastiun tidak terlambat. Bantuan seorang adik sangat membantuku sehingga tidak terlambat pagi itu. Akhirnya, aku kembali duduk di sebuah kereta untuk tujuan ke Pasar Senen, Jakarta. Ke kota itu memang tidak terlalu istimewa untukku, namun hal-hal istimewa yang ingin kuambil memberikan nuansa untuk diriku. Kereta Api Ekonomi AC Bogowonto, tidak kusangka kereta itu lebih istimewa dari kereta api kelas bisnis yang pernah aku tumpangi. Istimewa dalam artian menyediakan hal yang penting untukku, arus listrik untuk mengisi energi batrai telepon genggamku, terlalu subjektif memang, tetapi begitulah adanya bagiku yang tidak memiliki powerbank. Kereta pun melaju dengan trip-trip yang telah diatur oleh tim perjalanan pagi. Berbincang dan bercanda dengan teman yang bersebelahan denganku ternyata memberikan ilmu baru dari Android lama ini yang masih setia menemaniku, ada hal menarik untuk HP -ku ini. Kereta pun terus melaju dan berhenti di Purwokerto, perutku mulai sibuk mengusikku, inginku penuhi hasratnya, namun aku takut tidak cukup mengganjal sampai nanti sore jika aku makan pada pukul yang masih muda untuk siang. Alhasil saudara disebelahku mungkin merasakan kegelisahan perutku, ia membagi makan ringan yang unik untukku katanya cracer beras, setelahku makan seperti karak nasi (bahasa minang) yang dijemur dan digoreng seperti yang sering nenekku masakan untukku. Namun, merek dagang itu tidak aku temui dalam bahasa persatuanku, sedikit ironi karena rasa Indonesia namun bermerek Jepang. Sekali lagi pemandangan seperti itu bukanlah catatan baru bagiku. Kereta terus melaju, dan akhirnya jarum jam sudah cukup matang kusebut siang, dan teman sebangkupun telah membeli makan siang untuk dirinya. Nasiku yang sangat sedikit tidak kusangka menjadi cukup bagiku, ternyata temanku tadi tidak mampu menghabiskan nasinya yang dia anggap terlalu banyak, memang badannya jauh lebih kecil dariku, sepertinya wajar jika porsi makannya sedikit. Namun, dia bersedia mencicipi martabak telor yang sempat kumasak untuk teman nasiku siang ini, akhirnya perutku merasakan puas setelah nasi menemuinya. Kereta terus melaju dan tak terasa sudah sampai di stastiun Jatinegara, teman disebelahku pun berhenti di stastiun itu untuk melanjutkan perjalanan ke bekasi dan aku bersama penumpang lainnya bersedia bersabar menunggu stastiun selanjutnya. 

Sebelum kereta melaju ke stastiun Pasar senen, tiba-tiba tepat di daerah perkampungan kumuh di mewahnya kota Jakarta kereta yang kutumpangi harus berhenti beberapa saat. Yah, kereta kelas ekonomi memang kereta yang diatur untuk selalu menunggu. wacana-wacana ironi yang tak jua habis kembali menyuara di hati dan benakku. Aku tak begitu takut lagi memikirkan akan tiba pukul berapa di hotel Gran Sahid Jaya ketika pandanganku tertuju kepada masyarakat yang hidup di sana. kehidupan mereka seperti layaknya sebuah kompleks perumahan yang lengkap dengan beberapa keluarga, bedanya mereka hidup di tempat yang tidak layak hunyi. Rumah yang mereka buat dari hasil karya mereka mengumpulkan barang-barang bekas. Ah, bahkan aku terenyuh melihat anak-anak bercanda tawa dengan riang tanpa beban meski mereka tidak sedang di Ancol yang bercanda ria dengan permainan mewah. Otakku penuh dengan tanda tanya yang entah kepada siapa akan aku ajukan, terlalu idealis mungkin dan tidak semuanya memikirkannya. Apakah yang layak mendapatkan permainan-permainan bagus itu hanya orang yang memiliki uang? Bahkan banyak lokasi di bumi pertiwi ini yang untuk masuk ke arena permainannya hanya orang-orang tertentu, lalu apakah mereka, kita bukan masyarakat Indonesia yang juga layak menikmatinya? Ah, aku kemudian mengurungkan niatku melanjutkan deretan tanya di benak ini, jika kuteruskan akan membuatku luka saja. 

Pluit yang panjang dari petugas kereta api akhirnya memerintahkan kereta untuk kembali berjalan dan dalam waktu yang tidak lama aku akhirnya sampai di stastiun Pasar Senen. Dengan salah satu taksi di kota metropolitan ini aku melanjutkan perjalanan ke hotel Grand Sahid Jakarta. Entahlah rasanya memang sedikit takut, jika saja macet aku akan terlambat daftar ulang, selain itu rasa senang akan bertemu dengan sahabat-sahabat lama ketika kuliah dulu memberikan energi lain seolah semua akan ada cerita bahagia bersama mereka. Mengapa tidak, masa-masa sulit dan senang selalu kami hadapi bersama, persahabatan yang terbentuk dengan begitu saja telah memberikan makna sendiri dalam hidup kami. Allhamdulillah jalan raya sore itu di Jalan Sudirman Jakarta Pusat lancar, aku berhenti di seberang jalan hotel dan berjalan melewati jembatan penyebrangan menuju hotel Gran Sahid Jaya. Aku sengaja minta turun di sana dengan supir taksi, karena jika hendak turun pas di depan gerbang hotel aku harus siap menunggu kurang lebih 30 menit, ah bagiku itu terlalu lama untuk bercengkrama dengan temanku yang sejak tadi telah menungguku.

Kembali mataku melihat sosok yang tidak asing yang sebenarnya tidakku tahu aku kujumpai, Pak Jaya, dari kejauhan beliau pun terkejut melihatku, dengan senang hati, ia jemput langkahku dan mengantarku ke ruangan daftar ulang. Ah, rasa lelah dalam perjalanan di kereta sungguh tidak membekas sore itu. Pilihanku untuk mencari pengalaman dan pengetahuan di Kongres Bahasa Indonesia X ini ternyata memberikan banyak bonus kebahagiaan bagiku. Selain Pak Jaya akhirnya aku benar-benar berjumpa dengan I-coet, Harry si men, Paula, ahh,,,,nama-nama itu terlalu indah untuk kusebut sisi-sisi kegilaan yang pernah kamai rajut bersama. Namun aku tidak melihat Miaw di sana, ternyata ia sudah menunggu di penginapan bersama temannya. Temu kangen harus kami akhiri dengan Paula dan Harry karena mereka sudah dijemput oleh keluarga dan temannya dan aku bersama Icut meski masih bingung di mana itu Setia Budi akhirnya memberanikan diri bertanya ke selter Trans Jakarta. Ah lucunya, pertanyaan kami ternyata membuat bingung petugas, mata yang lelah tidak melihat kalau Setia Budi yang kami cari adalah tempat kami bertanya sendiri, kesimpulannya SMA 3 Jakarta di Setia Budi itu tidak jauh dari lokasi hotel. Lelaki tampan yang baik hati tidak di sangka jadi malikat penolong kami, kami diberi petunjuk ke lokasi itu bahkan ia sempat memberikan info penginapan yang cukup murah buat kami, sayang kami tidak sempat berkenalan dengannya (satu hal yang kami sesali setelah tiba di penginapan). Setelah bertemu Miaw, akhirnya aku memutuskan untuk satu penginapan saja dengan Icut di lokasi yang diberi tahu lelaki berhati malikat tadi. Dan, di sanalah kami menginap sampai hari Kamis, Icut menambah waktu sehari lagi karena masih ada keperluan di lokasi itu.

Pagi, 28 Oktober 2013, rasa lelah semalam memang masih tergurat di wajahku dan Icut, tidak hanya lelah luka yang sedikit tergores di hati pun sempat menghiasi tidur kami semalam. Namun, pagi seolah tidak ingin berlama-lama hadir dan membiarkan kami menumpuh kekecewaan itu. Semangat pemuda Indonesia di pagi itu harus kami kobarkan, apalagi bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda. Kamu pun sengaja datang lebih pagi agar bisa menikmati suasana hotel pagi itu yang belum terlalu ramai oleh peserta. Dengan sarapan seadanya pagi itu, akhirnya langkah kamu ayunkan menuju hotel. Setibanya kami langsung menemui panitia untuk mendapatkan perlengkapan seminar yang belum dibagikan kemarin dan dengan bangganya kami langsung menuju Puri Agung tempat KBBI X dilaksanakan secara resmi. Sembari menunggu teman-teman yang lain datang kami pun sibuk mencuri-curi kesempatan untuk berpotret. Waktu pun terus beringsut meninggi, seperti biasa acara pembukkan tidak sesuai dengan jadwal yang telah dituliskan di buku yang dibagikan panitia , ya seperti pernyataanku sebelumnya sudah hal biasa. Di hari pertama ini, aku berkenalan dengan seorang teman baru yang ternyata sudah mengenal namaku dari teman-temannya, ah sedikit membuatku tersipu dan kami pun menjadi dekat sajak saat itu. Ia bernama Reno Wulan Sari, Wulan panggilannya, ah nama itu, nama yang juga berjejer di nama panjanggku. 

Acara kongres pun berlangsung dengan cerita-cerita yang tak bisa kulukiskan satu persatu. Segala debat pendapat, pengetahuan baru, keanehan, dan sebagainya telah mengisi empat hari di KBBI X bagi kami. Namun kebersamaan yang indah tidak bisa kami pisahkan dari kegiatan yang melelahkan itu, seperti waktu salat bersama di masjid hotel, makan bersama yang selalu kebagian akhir, dan hal-hal lain yang tidak bisa aku deskripsikan betapa indahnya persahabatan itu. 

Setia Budi pun tidak bisa terpisahkan dari hotel itu, perjalanan menuju hotel pada pagi hari dan menuju Jalan Setia Budi pada malam hari telah menjadi kebiasaan kami empat hari itu. Mencoba memotret kenangan bersama pada tiap kesempatan dan menutupnya di hari penutupan KBBI X dengan pergi bersama ke Tamrin City. 

Aku tidak ingin menceritakan bagaimana proses persidangan itu berlangsung selama KBBI X berlangsung, pleno-pleno tunggal dengan ceritanya, sidang kelompok yang juga memiliki cerita, dan bagaimana kesibukan peserta yang lain ketika hendak menemui kudapan dan makan siang ata jamuan makan malam. 

Perjalanan kali ini memang tidaklah perjalanan yang terkesan dielukan banyak orang, namun bisa mengikuti agenda lima tahunan itu telah membuatku begitu bersyukur banyak hal baru yang bisa aku pelajari dan pengalamannya tidak terbayar oleh apa pun. Rumusan KBBI X mungkin telah dibaca banyak orang atau didengar banyak orang, namun disetiap rumusan yang tercipta semoga kali ini tidak sebatas kata yang berjejer indah di sana. Harapan perbaikan untuk bahasa Indonesia selalu menjadi doa-doa kami yang tidak memiliki kedudukan ini. Upaya memperbaiki diri pada tekad pribadi yang kuat sebenarnya adalah kunci yang kami rumuskan bersama dengan sahabatku. Harapanku, kami, dan generasi Indonesia lain adalah Jayalah Indonesiaku dan Jayalah Bahasa Indonesiaku.

Harapan yang seolah semu itu biarlah tetap tertanam di hati agar selalu ada upaya memperbaiki meski dunia selalu ingin mencengkramnya. Biarlah rasa-rasa cinta yang ditanamkan dengan penuh ikhlas kepada genarasi muda saat ini akan menjadi benih indah untuk membangun kembali bahasa Indonesia di hati mereka. Pendidik yang terlahir dengan ketulusan akan menjadi mutiara penyelamat bangsa, setidaknya goresan ini bisa menjadi harapan untuk kita semua.

Kamis, 31 Oktober 2013, setelah kami berjalan bersama, kami pun harus berpisah kembali, entah untuk jangka waktu beberapa lama lagi kami akan bertemu. Kami terlahir dengan kekerasan mimpi masing-masing dan kami berjalan dari impian itu. Kadang terlihat aneh bagi banyak orang, tetapi begitulah yang kami rasakan, asa yang kami rajut dari gejolak-gejolak batin yang ingin kami carikan jawab. Selalu percaya bahasa Tuhan, semoga asa kami akan indah pada waktunya. Malam itu, meski di tempat yang berbeda kami akan melanjutkan langkah asa ini, meski tak sempat banyak kata yang kami bagi, kami telah berjanji pada Tuhan, diri, dan bangsa ini bahwa kami akan berjuang untuk tanah air ini dengan segenap jiwa dan raga kami, 'Untukmu Indonesia', kami yang ditakdirkan mengenyam pendidikan untuk bangsa ini dan kami yang ditakdirkan menjadi generasi penerus menyebarkan pengetahuan ini semoga Tuhan selalu membantu kami menjadi pribadi yang bisa memajukan bangsa ini. Meski biarlah di sana kini banyak yang hanya meraup keuntungan dengan kepalsuan belaka.

Teruntuk sahabatku, Cut Purnama Sari, Reno Wulan Sari, Harry Andheska, Ridha Hasnul Ulya, terima kasih untuk kebersamaan di KBBI X, perjalanan ini menjadi istimewa karena kalian ada. Meski jarak telah banyak memisahkan cerita antara kita, biarlah ukiran kata-kata ini bisa menjadi pengobat rindu bahwa percayalah Tuhan selalu menyiapkan waktu yang indah untuk kebersamaan itu. Kini, biarlah kita berjuang meraih asa kita, semoga nanti kita bisa menuai bahagia itu bersama di tempat yang tak terduga lagi, amin.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
 
Copyright © Potret Catatanku