RSS

Selasa, 01 Oktober 2013

Jemari Sang Dara

Lenggokan tangan menari pada jajaran kertas yang menumpuk sore itu. Terkadang diam dan terkadang berlenggok lagi menuruti kehendak hati.Lalu seketika penuh dan terkulai dalam kegerahan yang menyapu dahaga senja itu. Diam membisu sendiri lewat langkah mentari yang hampir tak berbekas. Menyorakkan deru-deru kerinduan untuk seberkas hati yang masih terkulai layu.

Langkah malam makin kokoh berjalan di hadapan mata nanar itu. Mata yang berisi seratus tanda tanya seolah mencoba mencari keelokan malam lewat rasi bintang yang belum begitu nyata. Keerotisan bulan mulai memacu pandang untuk kembali ia cari jawab dalam deruan tanya tak berwujud di lembar langit malam ini.

Dan, dentingan jam dinding menyapa tengah malam masih tak membuat dara itu bergeming dari peraduan yang tak elok untuknya. Masih ia pegang kaki malam meski malam pun akan pergi meninggalkannya dalam hitungan jam. Menetes sudah bening itu kini, entah apa yang masih ia pertanyakan lalu dihapusnya kemudian kembali ia lenggokan jemari dalam jejeran yang tambah tak beraturan itu. Terlihat begitu jorok tak berbentuk tapi masih membuatnya setia memenuhi hasrat hati yang tak kutahu maksudnya apa.

Akhirnya, kaki malam pun melangkah dengan santun kepadanya lewat sapaan fajar. Namun ia bersikeras menggenggam meski itu hanya ilusinya. Gema azan subuh terpaksa membuat jemarinya tak lagi bisa menggenggam kaki malam dan membiarkan mata sendu itu bertemu sinar mentari yang selalu tersenyum meski ia tak pernah menyukainya.

Kali ini ia terkatup dalam lembarannya, ia merebahkan kepalanya pada sandar yang ia ciptakan sendiri. sandaran tak bernyawa yang ia biarkan menemaninya dalam setengah hari kemarin. Dan kini ia harus terkulai di sandaran itu. Sandaran yang keras tak berhati telah mengambil keindahan hati yang tak berserah pada Illahi.

bersambung ... 
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Potret Catatanku